ANALISIS SEMIOTIKA FERDINAND DE SAUSURE PADA “LUKISAN GUNUNG MERAPI KARYA RADEN SALEH”
Analisis
semiotika Ferdinand de Saussure terhadap lukisan Gunung Merapi karya Raden
Saleh memperlihatkan bagaimana lukisan tersebut bukan hanya sekedar
representasi visual dari gunung itu sendiri, tetapi juga sebuah tanda yang
membawa makna budaya yang dalam. Saussure membagi tanda menjadi dua komponen
utama: signifier (penanda) dan signified (yang teranda). Dalam konteks lukisan
ini, signifier adalah gambaran visual yang konkret dari Gunung Merapi yang
tergambar dalam lukisan, sedangkan signified adalah konsep abstrak dari gunung
itu sendiri, termasuk makna dan simbolisme yang melekat dalam budaya Jawa pada
masa itu.
Selain itu,
analisis semiotika Saussure menyoroti hubungan antara signifier dan signified,
yang dalam lukisan ini mencerminkan bagaimana Raden Saleh tidak hanya menangkap
bentuk fisik Gunung Merapi, tetapi juga mencoba merentangkan makna dan perasaan
yang terkait dengan gunung suci tersebut dalam konteks kebudayaan Jawa. Lukisan
ini, oleh karena itu, bukan hanya karya seni visual semata, tetapi juga sebuah
tanda budaya yang merangkum kompleksitas hubungan antara manusia, alam, dan
makna simbolik dalam konteks sejarah yang spesifik
Pada tahun 1865, Gunung merapi di Jawa
Tengah yang terletak di perbatasan Surakarta, Yogyakarta, dan Kedu meletus.
Raden Saleh bersama-sama Bupati Temanggung, Magelang dan Mr. Hoogercen yang
membuat laporan tentang kejadian tersebut mengadakan kunjungan lapangan menuju
lokasi letusan itu. Pada kesempatan itu, Raden Saleh membuat studi persiapan
dengan membuat sketsa letusan gunung tersebut pada siang dan malam hari, yang
menggambarkan sejauh mana lahar mengallir dan kerusan yang ditimbulkannya agar
lukisan tersebut mempunyai fungsi dan makna geologi.
Lukisan tersebut
kini disimpan dan menjadi kebanggaan Museum Geologi di Leiden Belanda.
Seolah-olah disana terjadi suatu pertarungan yang dasyat, mendidih, dan
membakar. Tergambar lewat lahar panas berwarna merah dan putih susu menyapu
semua yang ada disekitarnya termasuk pondok-pondok dengan bendera Belandanya.
Secara simbolik, Raden Saleh ingin mengatakan keyakiannya bahwa api semangat
bangsanya akan terbakar untuk mengusir kolonial Belanda. Mentalitas Nasionalisme
Raden Saleh ternyata tidak pernah padam, tetap memanas terpendam bagai
kandungan lahar diperut bumi. Dibalik kengerian itu, hadir keindahan bulan
bersinar, lagit terang menyaksikan gunung yang memuntahkan lahar panas yang
menimbulkan bencana.
Interpretasi dengan Analisis
Semiotika
Analisis semiotika pada Lukisan Raden Saleh “Gunung Merapi” akan membahas identifikasi tanda, petanda yang terdapat pada Lukisan Gunung Merapi, dan mencari maknanya, baik penanda dan petanda, dan juga mitos dengan mengimplementasikan semiotika Ferdinad De Sausure. Tanda-tanda yang ada disusun pada tabel dan dijelaskan satu per satu, baru kemudian dijelaskan secara keseluruhan.
Tanda Visual |
Penanda (Signifier) |
Petanda (Signified) |
|
Visual Gambar Gunung
Merapi menggambarkan fisik dari Gunung Merapi itu sendiri, dengan segala
detail visualnya. |
Petanda gunung Merapi
sering kali dilihat sebagai simbol dari kekuatan dan kemarahan alam. Letusan
gunung berapi mungkin melambangkan ketidakpastian dan kekuatan destruktif
alam yang luar biasa. |
|
Penggunaan warna,
pencahayaan, dan teknik pada lukisan gunung merapi yang diterapkan oleh Raden
Saleh. |
Gunung merapi ini melambangkan
ketangguhan dan ketabahan manusia dalam menghadapi bencana alam. Ini bisa
menjadi representasi dari semangat dan daya tahan masyarakat yang tinggal di
sekitar gunung. |
|
Pohon yang terdapat
pada lukisan tersebut |
pohon dalam lukisan "Gunung
Merapi" oleh Raden Saleh dapat mencakup berbagai makna tergantung pada
konteks alam, budaya, sejarah, dan artistik. Pohon tersebut bisa dilihat
sebagai simbol ketahanan dan kehidupan, refleksi dari nilai-nilai budaya dan
historis, serta elemen estetika yang memperkaya komposisi visual lukisan. |
|
awan yang terdapat pada lukisan tersebut |
Menggambarkan kekuatan alam, transisi dan
perubahan, suasana hati, ketidakpastian, simbolisme kultural, dan elemen
estetika yang memperkaya lukisan. |
|
Lahar pada lukisan tersebut |
Melambangkan kekuatan destruktif alam,
bahaya dan kehancuran, kengerian dan ketakutan, ketidakberdayaan manusia,
simbolisme kultural, serta elemen dramatik dalam komposisi visual. |
A. Kesimpulan
Melalaui analisis
semiotika Ferdinand de Saussure pada elemen-elemen dalam lukisan "Gunung
Merapi" karya Raden Saleh menunjukkan bahwa setiap elemen visual, seperti
pohon, awan, dan lahar, memiliki makna yang dalam dan berlapis yang melampaui
sekadar representasi fisik. Penelitian ini juga telah mengkaji lukisan
"Gunung Merapi" karya Raden Saleh melalui pendekatan semiotika
Ferdinand de Saussure, yang menekankan pada hubungan antara penanda (signifier)
dan petanda (signified). Analisis ini mengungkap berbagai lapisan makna yang terkandung
dalam elemen-elemen visual lukisan, seperti pohon, awan, dan lahar.
B. Daftar
Pustaka
Rahmawati wulansari, Rivaldi abdillah
setiana, Saida husna aziza, 2020, Pemikiran tokoh semiotika modern.
Dididt endriawan, 2020, Mengenal
kreativitas karya raden saleh dengan pendekatan psikologi seni.
Didit endriawan, 2012, Lukisan raden saleh
yang bertema binatang (1840 – 1870)
Anni lamria sitompul, Mukhsin patriansah,
Risvi pangestu, 2021, Analisis poster vidio klip lathi : kajian semiotika
ferdinand de saussure
Riki sobarudin, 2015, Analisis semiotika
iklan la light menthol versi lukisan monalisa
Husna nur amalina, 2020, Representasi
persahabatan dalam film bebas melalui analisis semiotika ferdinand de saussure
Komentar
Posting Komentar