ANALISIS SEMIOTIKA FERDINAND DE SAUSURE PADA LAGU SECUKUPNYA – HINDIA PENDAHULUAN
ANALISIS SEMIOTIKA
FERDINAND DE SAUSURE PADA LAGU SECUKUPNYA – HINDIA
PENDAHULUAN
Lirik lagu merupakan kumpulan kata-kata atau teks
yang membentuk bagian integral dari sebuah lagu. Mereka menyampaikan pesan,
emosi, cerita, atau konsep yang ingin disampaikan oleh penulis atau penyanyi
lagu. Lirik dapat berupa bait yang dinyanyikan secara berulang-ulang (refrain),
atau berbagai bagian yang membentuk narasi yang lebih besar. Mereka bisa
sederhana atau kompleks, tergantung pada gaya dan tujuan dari lagu tersebut.
Lirik juga memainkan peran penting dalam menghubungkan pendengar dengan musik dan
membuatnya terhubung secara emosional dengan lagu tersebut.
Secukupnya merupakan lagu yang ditulis dan
dinyayikan langsung oleh Hindia dan dirilis pada tahun 2019 dalam album
‘Membasuh’. Sejak ‘Secukupnya’ dirilis, banyak sekali orang yang langsung
menyukainya karena lirik lagunya yang memiliki makna yang sangat dalam."Lirik
Lagu ‘Secukupnya’ Hindia, Maknanya Bagus Banget untuk Orang yang tengah
Menghadapi Masalah". Lirik ini mencerminkan perjuangan untuk mencapai
kesuksesan dalam dunia yang penuh
banyak tekanan, “putus asa terkam pedih semua
masalahnya lebih dari secukupnya”
Alasan saya mengambil lagu ini karena maknanya
mendalam perjuangan untuk mencapai kesuksesan dalam dunia yang penuh
banyak tekanan, “putus asa terkam pedih semua
masalahnya lebih dari secukupnya”
Ketertarikan saya dengan lagu ini yaitu karena
liriknya yang kuat dan dapat meresapi perasaan tentang hubungan yang rumit dan
perasaan yang kompleks. Melodi yang sederhana namun menghanyutkan juga menambah
daya tarik lagu ini.
METODELOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan semiotika. Pendekatan semiotika
dalam
penelitian ini digunakan karena peneliti ingin mengungkapkan makna
motivasi yang
terkandung dalam lirik lagu “Secukupnya” dari Hindia. Dengan menggunakan
metode
semiotika Ferdinand De Saussure. Saussure meletakkan tanda dalam
konteks
komunikasi manusia dengan melakukan pemilahan antara apa yang disebut
penanda
(signifier), petanda (signified) dan signifikasi (signification).
Penelitian ini menggunakan sumber data primer yaitu lirik lagu
“Secukupnya”
yang dipopulerkan oleh Hindia mulai tahun 2019 hingga 2020. Kemudian
lirik lagu
tersebut dianalisis untuk mengetahui makna tanda-tanda yang terkandung
dalam lirik
lagu tersebut. Selanjutnya, peneliti membuat interpretasi dengan membagi
keseluruhan
lirik lagu menjadi beberapa bait dan selanjutnya per-bait akan
dianalisis dengan
menggunakan teori semiotika dari Saussure. Dalam menganalisis sebuah
teks sesuai
dengan teori Saussure terdapat beberapa tahap yang dapat digunakan untuk
melakukan
interpretasi terhadap teks lagu “Secukupnya” karya Hindia.
Tahapan-tahapan tersebut
adalah:
a) Penanda (Signifier)
Aspek material dari bahasa, apa yang dikatakan, didengar, dan apa yang
dibaca.
Penanda juga dapat dikatakan sebagai bunyi atau tulisan yang memiliki
makna.
Dalam penelitian ini yang menjadi penanda (signifier) adalah lirik
lagu
“Secukupnya” karya Hindia.
b) Petanda (Signified)
Gambaran konsep sesuatu dari penanda (signifier), sebuah tahap
pemaknaan
terhadap teks yang menjadi objek penelitian. Dalam penelitian ini
adalah
merupakan hasil interpretasi terhadap lagu yang belum dikaitkan dengan
realita
sosial.
c) Signifikasi (Signification)
Sebuah proses petandaan, setelah tahap pemberian makna terhadap lirik
lagu
“Secukupnya”, peneliti akan mengaitkan teks lagu tersebut dengan
realitas
sosial. Dalam penelitian ini, signifikasi dilakukan dengan menghubungkan
bait-
bait dalam lirik lagu “Secukupnya” karya Hindia dengan realitas sosial
atau
kondisi lingkungan sosial pada saat lagu tersebut diciptakan.
Dari penjelasan di atas bisa disimpulkan bahwa lagu “Secukupnya”
ini
mengandung makna motivasi yang kuat. Melalui lirik-lirik di lagunya,
pesan motivasi
untuk kita jangan menghabiskan waktu untuk memikirkan apa yang akan
terjadi hari
esok dan menyesali yang telah terjadi di hari kemarin. Sabar menikmati
proses dan
memaafkan apapun yang akan terjadi. Kuncinya secukupnya saja dalam
menjalani
hidup.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Semiotika Lagu “Secukupnya
– Hindia”
Dasar teori semiotika
Ferdinand De Saussure yang menjelaskan bahwa bahasa sebagai sistem tanda yang
dapat menyampaikan dan mengekspresikan ide serta gagasan dengan lebih baik
dibanding sistem lainnya. Ferdinand de Saussure merupakan seorang ahli linguistik
yang mengembangkan dasar-dasar teori linguistik umum. Ia dikenal sebagai bapak
dari semiotica/semiologyserta salah satu teoritisi terpenting dalam ilmu
linguistik. Teorinya memiliki kekhasan yang terletak pada kenyataan. Saussure
menganggap bahasa sebagai sistem tanda. Menurtunya, tanda-tanda dalam bahasa
setidaknya memiliki dua buah karakteristik primordial, yaitu bersifat linier
dan arbitrer (Budiman, 1999: 38).
Baskara Putra / Hindia yang mencoba menggambarkan realitas sosial
budaya kurangnya rasa kesadaran dan
perhatian terhadap kesehatan mental diri sendiri khususnya pada permasalahan overthinking atau
keadaan dimana terlalu
berlebihan dalam berpikir
yang ternyata sering dialami
oleh pribadi Hindia
sendiri dan ternyata
relate dengan banyak orang. Hindia kemudian menyampaikan pesan melalui
lagu Secukupnya untuk membuka
pandangan masyarakat terhadap realitas sosial yang terjadi, dimana persoalan kesehatan mental terutama di Indonesia
masih banyak terjadi, bahkan menyerang generasi
penerus bangsa atau generasi muda yang justru
menjadi harapan memajukan bangsa. Karena masalah kesehatan mental ini
sangat penting maka diperlukan perhatian, kesadaran
dan pemahaman. Salah satunya dalam sudut pandang
budaya masyarakat. Dalam kesehatan mental,
faktor kebudayaan memegang
peran penting, apakah seseorang itu dikatakan sehat atau sakit mental bergantung pada kebudayaannya. Kebudayaan di masyarakat bisa saja mendukung namun disisi lain bisa juga
menghambat kesehatan mental seseorang karena
kebudayaan dapat memberi peran tertentu terhadap penderita gangguan mental.
Analisis Lirik Lagu
Lirik bait 1 : ‘Kapan terakhir kali kamu dapat tertidur tenang
(renggang) Tak perlu memikirkan apa yang akan datang di esok
hari’(Perasaan khawatir mengenai segala sesuatu yang belum terjadi di hari
esok) Pencipta lagu ingin menyampaikan bahwa sebagai manusia biasa yang mempunyai perasaan
ia juga seringkali merasakan ke khawatiran
mengenai hal-hal yang belum terjadi di kedepannya dan rasa khawatir
itu kerap kali muncul ketika kita hendak beristirahat dimalam
hari.
Lirik bait 2 : ‘Tubuh yang berpatah hati, bergantung pada gaji,berlomba jadi asri, mengais validasi’(Sifat ambisius
atau sifat yang penuh keinginan keras untuk mencapai suatu harapan atau cita-citanya.)
Penulis lagu ingin menyampaikan bahwa semua orang didalam hidupnya pasti memiliki ambisi atau
keinginan yang sangat keras untuk mencapai
harapan dan cita-citanya. Semua orang pasti
memiliki keinginan, tetapi jika sudah menjadi ambisi maka usaha atai effort yang dilakukan akan lebih
keras dan lebih keras lagi hingga seringkali ketika ambisi menjadi
ekspektasi dan pada akhirnya
realitanya sangat berbeda maka seseorang itu akan jatuh sejatuh-jatuhnya hingga muncul
rasa kecewa yang mendalam.
Lirik bait 3 : ‘Dan aku pun tak hadir,
seakan paling mahir,menenangkan dirimu,
yang merasa terpinggirkan dunia,
tak pernah adil, kita semua
gagal, angkat minumanmu, bersedih bersama-sama (Gagal atau kegagalan
kerap kali menjadi
momok yang menakutkan bagi semua orang,
gagal dalam hal apapun.)
Penulis lagu ingin menyampaikan bahwa semua orang didalam hidupnya pasti pernah mengalami kegagalan.
Entah itu dalam hal pendidikan, pekerjaan, pertemanan, bahkan percintaan.
Lirik bait 4 : ‘Sia-sia (pada akhirnya),putus asa (terekam pedih semua) masalahnya (lebih dari yang),secukupnya’(Rasa
putus asa yang seringkali muncul ketika sedang dihadapkan dengan
permasalahan. Rasa ingin menyerah dengan keadaan yang seringkali
muncul dibenak kita yang kemudian berimbas buruk terhadap diri kita terutama kesehatan mental kita) Rasa putus asa dan ingin menyerah
dengan keadaan adalah suatu hal yang normal bagi manusia.
Lirik bait 5 : ‘Rekam gambar dirimu yang
terabadikan bertahun silam, putra- putri
sakit hati, ayah-ibu sendiri, komitmen lama mati, hubungan yang menyepi’(Memori
atau ingatan-ingatan yang menghatui mengenai hal-hal yang terjadi di masa lalu, entah yang sudah selesai ataupun yang belum selesai.)
Ingatan-ingatan atau memori mengenai masa lalu pasti pernah menghantui kita sebagai manusia. Entah itu
yang baik ataupun yang buruk. Di bait
Hindia menuliskan gambaran masa lalu yang buruk.
Masa lalu yang buruk dituliskan dan yang coba diingatkan oleh Hindia sebagai
bahan evalusai dan refleksi diri bukan semata-
mata hanya dalam bentuk penyesalan.
Lirik bait 6 : ‘Wisata masa lalu, kau hanya merindu,
mencari pelarian, dari pengabdian yang terbakar sirna, mengapur berdebu,
kita semua gagal,
ambil sedikit tisu, bersedihlah secukupnya’ (Emosi yang mendatangkan rasa sedih akibat dari serentetan permasalahan yang terjadi atau rasa sedih
yang datang secara
tiba- tiba) Perasaan sedih salah satu perasaan yang mudah diungkapakan dan mudah di
ekpresikan namun jika berlebihan dan terlalu dalam maka sukar untuk disembuhkan dan dihilangkan. Tuhan memberikan
manusia beberapa perasaan, salah satunya adalah perasaan sedih.
Lirik bait 7 : ‘Secukupnya ('kan
masih ada), penggantinya (belum
waktunya
kau bisa),
menjawabnya, secukupnya, semua yang sirna 'kan kembali
lagi, semua yang sirna 'kan nanti berganti’ (Pengganti akan sesuatu hal
yang hilang atau sirna. Semua yang ada
di kehidupan kita tidaklah abadi. Semua yang kita jaga, yang kita sukai, bahkan yang kita cinta akan
hilang dan sirna pada waktunya.) Di
bait terakhir ini Hindia menyampaikan pesan yang positif dan optimis. Hindia
menuliskan bahwa semua kehilangan yang pernah atau sedang kita hadapi kelak suatu saat
akan tergantikan dengan sesuatu yang
tidak menutup kemungkinan akan lebih dari apa
yang hilang dari kehidupan kita.
KESIMPULAN
Lagu Secukupnya yang
dibawakan oleh Hindia memiliki pesan-pesan yang berisi pesan positif
dan menekankan akan pentingnya self awareness
tentang apapun yang sedang dialami
dan dihadapi oleh kita sebagai
manusia. Misalnya tentang
bagaimana melihat dan menghadapi suatu kegagalan, tentang
anjuran untuk tidak berputus asa, anjuran tidak menyalahkan
diri sendiri, dan anjuran untuk berkeyakinan kepada Allah SWT atas segala takdir
mengenai permasalahan yang ada dan berkeyakinan bahwa Allah akan memberikan gantinya
dengan yang lebih baik kelak, entah dalam waktu dekat atau besok-besok. Yang perlu kita lakukan adalah
terus berusaha bangkit,
Komentar
Posting Komentar